Alasan-alasan Orang Barat Percaya Angka 13 Pembawa Nasib Buruk dan Ajaran Agama

- 24 Juni 2024, 20:40 WIB
 Ilustrasi angka 13 pada pintu dipercaya membawa kesialan.
Ilustrasi angka 13 pada pintu dipercaya membawa kesialan. /Pixabay/Arek Socha

Baca Juga: Mitos Meludah Depan Orang Rimba atau Suku Anak Dalam adalah Kearifan Merawat Perbedaan

Sebuah permulaan dari 13 orang yang hadir pada perjamuan terakhir Yesus Kristus, tepat sebelum dia dikhianati oleh Yudas Iskariot. Yudas Iskariot adalah orang ke-13 yang yang duduk di perjamuan.

Selanjutnya dalam mitologi Nordik. Loki, dewa yang licik, adalah tamu ke-13 dalam jamuan makan malam para dewa. Dalam kesempatan itu, Loki menipu salah satu putra Odin untuk membunuh yang lain.

Ketakutan akan nasib buruk pada tanggal 13 yang dikenal luas sebagai triskaidekaphobia, semakin menguat ketika digabungkan dengan hari Jumat karena itu adalah hari kematian Kristus.

Menurut pakar mitologi Universitas Cardiff, Juliette Wood karena kepercayaan semacam ini tergolong cukup modern dan bukan tradisi yang bertahan selama berabad-abad. "Ini bukan cerita rakyat dalam artian bukan tradisi lama. Ini tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa ada 13 orang pada perjamuan terakhir," paparnya.

Sebaliknya, dia meyakini bahwa ini adalah ciptaan media yang populer pada pergantuan abad ke-20. Ini telah menjadi semacam cerita rakyat modern yang digencarkan oleh media, seperti lewat film Friday the 13th.

Baca Juga:  Orang Rimba Kehilangan Musim Buah Pertahunan Agung karena Krisis Iklim

Pasalnya berdasarkan penelurusan pada era yang lebih lampau belum menghasilkan referensi mengenai 13 sebagai angka sial. Tetapi orang-orang kemudian mencocokkannya dengan cerita-cerita yang ada, mengacu pada contoh-contoh yang terkenal. “Itu masuk akal, terutama karena berkaitan dengan perjamuan terakhir, sehingga itu melekat,” jelas Wood.

Sementara itu, gagasan mengenai Loki kemungkinan besar masih baru. "Pemikiran mengenai mitologi Nordik sebagai semacam batu ujian bagi kebudayaan sebenarnya cukup baru," katanya.

Ini bermula dari ketertarikan yang muncul di Inggris pada abad ke-19 saat menemukan warisan Jermanik, dan para ahli di Inggris menerjemahkan mitos-mitos Nordik untuk pertama kalinya. ***

Halaman:

Editor: Suwandi Wendy

Sumber: BBC Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah