Orang Rimba Kehilangan Musim Buah Pertahunan Agung karena Krisis Iklim

- 26 November 2023, 17:00 WIB
Orang Rimba naik pohon sialang yang dapat menghasilkan madu untuk kesehatan dan vitalitas
Orang Rimba naik pohon sialang yang dapat menghasilkan madu untuk kesehatan dan vitalitas /JAMBIAN.ID/KKI Warsi

JAMBIAN.ID - Masyarakat adat Orang Rimba yang hidup dalam hutan telah kehilangan musim buah pertahunan agung, karena dampak dari krisis iklim yang menguat beberapa tahun terakhir. Perubahan iklim telah mengubah musim kemarau dan hujan dalam hutan. Sehingga bunga-bunga pohon buah gagal berputik, berbunga dan berbuah.

Musim buah pertahunan agung adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan panen raya buah-buah di hutan. Masa pertahunan agung sangat penting bagi Orang Rimba, karena sumber makanan bergizi begitu berlimpah.

Sejumlah pohon buah yang tumbuh di hutan milik Orang Rimba adalah durian, kuduk kuya, mata kucing, ajon, sengkoyo, rambutan, dekot, buasiu, siabuk, ranggung, kapesung dan lainnya. Sebelum musim buah biasanya akan diawali dengan musim madu.

Baca Juga: Kenali Triple Planetary Crisis atau Krisis Tiga Planet yang Mengancam Bumi

Musim madu hutan ini terbentuk karena bunga pohon buah dalam hutan bermekaran. Maka menjadi penyedia nectar yang merupakan bahan pangan lebah. Nectar dikumpulkan lebah dalam sarangnya, yang digantungkan di pohon-pohon besar, yang disebut Orang Rimba pohon sialang.

Orang luar mengenal istilah lebaran. Bagi Orang Rimba ketika musim buah berlimpah menjadi bermakna hari lebaran. Lantaran mereka dapat makan sepuasnya dari hutan, dengan kualitas gizi yang sangat baik. Namun beberapa tahun belakangan, musim buah pertahunan agung sudah jarang terjadi, akibat peralihan musim yang begitu ekstrem.

“Sudah semakin jarang kami hari raya, musim buah semakin jarang,” kata Tungganai Basemen, tetua adat Orang Rimba di Bukit Dua Balas Jambi dikutip dari Warsi.or.id, Minggu (26/11/2023).

Tungganai tidak tau pasti apa yang menyebabkan perubahan ini, namun dia meyakini, hutan yang tidak lagi lebat bisa jadi penyebabnya. “Dulu hutan disio lebat, kamia hopi ado penaihan, (dulu hutan lebat, kami tidak ada kepanasan,” kata Tungganai.

Baca Juga: Mikroplastik Ditemukan di Awan, Ancaman Besar Bagi Generasi Mendatang

Kepanasan yang dimaksud adalah sengatan matahari yang langsung terasa di kulit. Dulu hutan yang lebat melindungi Orang Rimba dari terpaan sinar matahari sehingga hutan adalah tempat yang sejuk. Namun kini untuk menemukan hutan yang lebat, sudan semakin sulit.

Halaman:

Editor: Suwandi Wendy

Sumber: Warsi.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah