JAMBIAN.ID - Survei yang dilakukan UNDP menghasilkan 86 persen masyarakat Indonesia berharap pemerintah serius mengatasi krisis iklim. Bahkan lebih separuh warganya mengalami kecemasan iklim, lantaran upaya-upaya mitigasi iklim, masih jauh panggang dari api.
Survei iklim melibatkan 75.000 orang dengan 87 bahasa dari 77 negara. Pelaksana survei yakni UNDP bekerja sama dengan University of Oxford dan Geopoll. Sebaran dari responden survei meresentasikan 87 persen dari populasi global.
"Masyarakat dunia ingin para pemimpin mereka mengesampingkan perbedaan dan bertindak sekarang untuk mengatasi krisis iklim," kata Administrator UNDP, Achim Steiner dalam rilis yang diterima Jambian.ID, Jumat 21 Juni 2024.
Baca Juga: Masyarakat Adat di Tahun Politik: Dalam Pusaran Hukum Refresif dan Dicengkeram Oligarki
Hasil survei ini, kata Achim mencakup wilayah yang sangat luas dan menyentuh penduduk yang beragam serta belum ada yang pernah melakukan. Artinya sebagian besar populasi global menginginkan perubahan kebijakan dari pemerintah, terkait upaya-upaya yang harus dilakukan agar tepat sasaran.
"Negara-negara menetapkan komitmen aksi iklim di bawah Perjanjian Paris. Perubahan iklim adalah permasalahan yang dialami semua negara di seluruh dunia. Jadi upaya yang harus dilakukan harus berkelanjutan," kata Achim.
Kecemasan Iklim
Para responden sekitar 72 persen menuntut transisi energi dengan cepat dan segera meninggalkan energi kotor atau bahan bakar dari fosil. Artinya pensiun PLTU dan penggunaan kendaraan listrik harus terealisasi, setidaknya sesuai target yang telah dibuat.
Masyarakat di seluruh dunia menyatakan bahwa mereka memikirkan tentang perubahan iklim. Secara global, 56 persen mengatakan mereka memikirkan perubahan iklim secara reguler, yaitu setiap hari atau setiap minggu, termasuk sekitar 63 persen masyarakat di negara-negara kurang berkembang.
Dibandingkan tahun lalu, lebih dari separuh (53 persen) masyarakat di seluruh dunia mengatakan mereka lebih khawatir tentang perubahan iklim. Angka yang lebih tinggi terlihat untuk negara-negara kurang berkembang (59 persen). Rata-rata di sembilan negara berkembang pulau kecil yang disurvei, sebanyak 71 persen mengatakan mereka lebih khawatir tentang perubahan iklim dibandingkan tahun lalu.