Anak Perempuan Korban Asap dari Tebo Jadi Pembicara COP 28 di Dubai

- 7 Desember 2023, 20:16 WIB
Nasywa Adivia Wardana saat menjadi pembicara di acara COP 28 Dubai untuk mengatasi krisis iklim dunia, Selasa (5/12/2023)
Nasywa Adivia Wardana saat menjadi pembicara di acara COP 28 Dubai untuk mengatasi krisis iklim dunia, Selasa (5/12/2023) /JAMBIAN.ID/Dok pribadi
JAMBIAN.ID - Anak perempuan korban asap dari Tebo bernama Nasywa Adivia Wardana menjadi pembicara dalam Conference of Parties (COP) ke 28 di Dubai. Meskipun usianya baru 16 tahun, sudah terlibat dalam aksi penyelamatan bumi. Yakni mengubah tanah dan sungai yang rusak karena aktivitas penambangan emas ilegal menjadi tempat wisata andalan di Kabupaten Tebo.
 
Dia tampil menawarkan solusi atas persoalan yang dihadapi daerahnya, untuk menyelamatkan bumi yang sedang mengalami krisis iklim. COP 28 di Dubai merupakan rangkaian acara dari seluruh negara di dunia di bawah United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
 
Para pemimpin dunia berkumpul membahas penanganan perubahan iklim, di tengah keadaan iklim dunia semakin sulit untuk dikendalikan. Selain itu, konferensi tahunan ini juga dihadiri oleh pelaku-pelaku usaha tingkat dunia, ilmuan, termasuk para aktivis yang menaruh perhatian dan melakukan aksi dalam penyalamatan iklim serta lingkungan hidup dari berbagai belahan dunia.
 
 
"Kami melihat tanah dan sungai rusak karena aktivitas penambangan emas ilegal. Maka kami mengubahnya menjadi taman ekologis Rivera Park di Kabupaten Tebo," kata Nasywa melalui pesan singkat, Rabu (6/12/2023).
 
Ia mengatakan masyarakat di perdesaan yang serba terbatas terpaksa menggantungkan hidup dari bekerja menambang emas ilegal. Untuk menghentikan aktivitas masyarakat secara perlahan, maka Nasywa mendirikan taman ekologis, sebagai destinasi andalan di daerahnya.

Berkebun Tanaman Organik

Kemudian di tempat yang sama dia juga berkebun tanaman pangan organik, yang lebih ramah lingkungan. Inisiatif kecil dari Nasywa telah memberikan peluang ekonomi alternatif bagi masyarakat. Meskipun belum semua warga yang merasakan dampaknya.
 
Menurut Nasywa harus ada tangan-tangan yang bekerja untuk mengubah keadaan, berawal dari kerusakan lingkungan menjadi keuntungan bagi semua orang. "Perjuangan pemulihan lingkungan itu tidak mudah. Dukungan pemerintah pun masih terbatas," kata Nasywa.
 
 
Sikap peduli terhadap masa depan lingkungan ini, karena masa kecil Nasywa menjadi korban kabut asap di Pulau Sumatra, khususnya di Propinsi Riau. "Saya tinggal di rumah berbulan-bulan ditemani masker dan tabung oksigen. serta tidak bisa ke sekolah dan bermain dengan kawan sebaya ketika musim asap," kata Nasywa.
 
Nasywa Adivia Wardana sedang bersama pembicara dari negara lain saat COP 28 Dubai
Nasywa Adivia Wardana sedang bersama pembicara dari negara lain saat COP 28 Dubai Dok pribadi
 
Setelah cukup dewasa dan memahami banyak hal tentang kemunculan asap dari kebakaran lahan gambut dan hutan untuk perkebunan besar kelapa sawit. Untuk mencegah kabut asap terjadi secara berulang-ulang. Maka dia dengan anak-anak lain, di daerahnya melakukan aksi-aksi menuntut penanganan kabut asap, melakukan pelayanan terhadap korban asap, menulis puisi dan tampil menyanyikan lagu-lagu tentang alam.
 
Suara 'jalanan' Nasywa rupanya belum sanggup mengubah keadaan, sebab Provinsi Jambi, Riau dan Sumatera Selatan tahun ini terjadi kebakaran yang memunculkan kabut asap.

Pembicara COP 28 Dubai

Agar suaranya lebih lantang, maka Nasywa berbicara di forum internasional COP 28 Women and Gender Pavilion Session. Ia menjadi pembicara termuda mewakili Indonesia, Selasa (5/12/2023). Pembicara lainnya berasal dari Senegal, Malawi dan Pakistan yang rata-rata berusia 26 tahun ke atas. 
 
Ia mengaku berangkat ke Dubai karena didukung GAGGA (Global Alliance for Green and Gender Action). Nasywa dinilai memiliki aktivitas berharga mengubah lingkungan yang rusak menjadi ekowisata andalan.
 
Aksi Nasywa juga termasuk tindakan dalam mitigasi krisis iklim yang sedang terjadi di dunia. Secara umum peran Nasywa melampaui usianya, karena berani berbicara di forum dunia tentang perubahan iklim, sebuah isu yang tidak mudah dicerna oleh anak seusianya.
 
 
"Keberanian dan kepekaan sosial dalam diri saya, tidak lahir begitu saja. Saya adalah korban kabut asap di masa kecil," kata Nasywa.
 
Selain mengungkap persoalan lingkungan di daerahnya, Nasywa juga belajar dari penderitaan perempuan dari belahan dunia lain. Ia menyadari akibat dari krisis iklim pada belahan dunia lain ada banyak orang kelaparan dan rumahnya terancam tenggelam karena air laut naik.
 
"Ada banyak pulau di belahan dunia lain yang terancam tenggelam, krisis pangan dan bencana kelaparan semakin tidak terhindar. Kerusakan iklim akibat eksploitasi segelintir penguasa ekonomi politik dunia semakin nyata," kata perempuan yang duduk di kelas XI SMAN 2 Kabupaten Tebo, Jambi.
Nasywa Adivia Wardana sedang bicara di COP Dubai
Nasywa Adivia Wardana sedang bicara di COP Dubai
 
Dia pun berharap mendapat dukungan penuh dari semua pihak, untuk menjalankan aktivitas yang bersentuhan dengan lingkungan hidup dan masa depan bumi yang lebih baik dan adil. ***
 
 

Editor: Suwandi Wendy


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah