Antisipasi Krisis Pangan, Negara Barat Produksi Makanan Masa Depan dari Udara dan Tenaga Surya

- 15 Juni 2024, 20:00 WIB
Dunia saat ini sedang dilanda krisis pangan dan kelaparan yang kian memburuk.
Dunia saat ini sedang dilanda krisis pangan dan kelaparan yang kian memburuk. /Foto : pixabay

JAMBIAN.ID - Hampir seluruh negara dunia tengah mengantisipasi terjadinya krisis pangan akibat perubahan iklim. Untuk itu sejumlah ilmuwan bereksperimen dan negara barat telah menciptakan makanan masa depan yang dibuat dari udara dan tenaga surya. Dengan demikian makanan yang dibuat tidak membutuhkan pertanian.

Makanan masa depan tersebut adalah Solar Foods. Perusahaan rintisan (startup) Finlandia, telah memulai produksi makanan dari tenaga surya dan udara di pabrik mereka di Vantaa, Helsinki. Pabrik ini mampu memproduksi 160 ton makanan per tahun setelah melakukan eksperimen di laboratorium.

Solar Foods telah mendapatkan persetujuan untuk membuat solein, produk makanan mereka di Singapura, dan berencana memperkenalkan produk tersebut di AS pada musim gugur ini dan diikuti oleh Uni Eropa pada akhir 2025, serta Inggris jika regulator mereka mampu menyelesaikan produk terkait ganja.

Baca Juga: Bantu UMKM Naik Kelas, Shopee Bikin Pengusaha Bertransformasi dan Berdaya Saing di Awal 2024

Solein sendiri merupakan bahan makanan berbentuk bubuk yang terbuat dari fermentasi udara, air, dan listrik. Bahan makanan ramah lingkungan ini terbuat dari organisme sel tunggal alami yang tumbuh dalam proses fermentasi dan sama sekali tidak melalui modifikasi. Meskipun produksi pabriknya kecil dalam skala industri makanan global, Pasi Vainikka, salah satu pendiri dan CEO Solar Foods, berharap teknologi ini dapat merevolusi untuk ke depannya.

Industri makanan dan pertanian ini bertanggung jawab atas sekitar seperempat dari semua emisi karbon. Dengan peralihan industri lain ke tenaga surya hijau dan meningkatnya permintaan daging dari kelas menengah yang berkembang dan kemungkinan akan meningkat. Aktivis saat ini mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi daging dan lebih banyak makan tumbuhan, protein non-ternak seperti solein.

Solein berbentuk bubuk kekuningan yang terdiri dari organisme sel tunggal, mirip dengan ragi yang digunakan dalam pembuatan roti atau bir. Solar Foods berharap protein ini dapat digunakan dalam alternatif daging, keju, milkshake, dan sebagai pengganti telur dalam mie, pasta, dan mayones. Saat ini mereka menyajikan ravioli yang dibuat dengan solein sebagai pengganti telur dan krim keju solein.

Pembuat kue Finlandia, Fazer juga telah menjual coklat batangan di Singapura dengan tambahan solein, yang juga merupakan sumber zat besi yang berguna bagi vegan. Sebuah restoran di Singapura tahun lalu membuat gelato coklat solein, menggantikan susu sapi.

Vainikka telah bertemu dengan co-founder, Juha-Pekka Pitkänen, seorang ilmuwan bioproses, di sebuah lembaga penelitian Finlandia pada tahun 2014. Pitkänen menjelaskan bagaimana mikroba yang hidup di tanah dan melepaskan energi dari mengoksidasi hidrogen. Kemudian mereka membangun fermenter berkapasitas 200 liter di sebuah garasi dekat Helsinki untuk membuktikan teknologi ini dapat digunakan untuk makanan.

Fermenter sendiri adalah kontainer untuk menumbuhkan bakteri dan jamur dalam jumlah besar. Energi terbarukan Ilustrasi energi terbarukan Freepik Hampir semua makanan yang dikonsumsi manusia saat ini berasal dari tumbuhan yang menggunakan energi dari matahari. Solar Foods menggunakan tenaga surya terbarukan dari matahari untuk memecah air, kemudian memberi makan hidrogen dan oksigen kepada mikroba dalam wadah fermentasi, serta karbon dioksida yang ditangkap dari sistem ventilasi.

Halaman:

Editor: Revil Agustri Riangga

Sumber: Pikiran Rakyat Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah