Festival Bejolo di Ujung Tanjung, Ajang Maestro Tradisi Tularkan Ilmu ke Generasi Muda

- 8 Mei 2024, 19:55 WIB
Festival Bejolo di Ujung Tanjung, Ajang Maestro Tradisi Tularkan Ilmu ke Generasi Muda
Festival Bejolo di Ujung Tanjung, Ajang Maestro Tradisi Tularkan Ilmu ke Generasi Muda /Jambian.id/Suwandi Wendy

JAMBIAN.ID - Sanggar Seni Mengorak Silo menggelar Festival Bejolo di Ujung Tanjung sebagai ruang untuk mengajarkan tradisi ke generasi muda. Kegiatan ini mendapat dukungan dari Dana Indonesiana, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memperkuat ekosistem budaya di daerah.

Sanggar Seni Mengorak Silo pun menyelenggarakan sosialisasi penciptaan karya kreatif inovatif Festival Bejolo di Ujung Tanjung Kumpeh Ilir, Kabupaten Muarojambi, Jambi Rabu (8/5/2024). Dalam acara tersebut, Direktur Festival Bejolo di Ujung Tanjung, Muhammad Zuhdi menuturkan senandung jolo sudah dilestarikan, maka kami akan meneruskan kepada anak-anak.

"Karena jumlah anak yang tertarik dengan Bejolo hanya 5 persen. Padahal sekarang karya sastra lisan ini, baru menerima penghargaan rekor muri, tentu menjadi kebanggan masyarakat yang harus dilestarikan," kata Zuhdi.

Baca Juga: Serahkan SK 1,860 PPPK Pemprov Jambi Formasi 2023, Al Haris: Janji PPPK di Tahun 2024 Akan 1.500 Orang

Nukman dari Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Provinsi Jambi mengatakan senandung jolo sudah ditetapkan sebagai warisan tak benda (WBTB). Artinya tradisi ini sudah menjadi bagian dari negara Indonesia.

Sayang sekali, ekosistem tradisi Bejolo yang tumbuh dari aktivitas masyarakat, khususnya Kumpeh Ilir kini mengalami kemunduran dan terancam masuk dalam jurang kepunahan. Pasalnya, lima maestro yang menekuni Bejolo seperti Muhammad Zuhdi, Wak Degum, Nek Mariyam dan Yunus usianya sudah renta.

Maestro yang sudah memasuki usia tua, tentu menjadi alarm bagi kepunahan karya budaya di tengah sedikitnya generasi muda yang memahami dan memiliki pengetahuan tentang tradisi sastra lisan Bejolo. Sementara itu, Pemerintah Daerah belum memberi ruang untuk melestarikan objek pemajuan kebudayaan ini.

"Nasib Senandung Jolo sekarang berada di ujung tanduk, karena tidak pernah diajarkan di sekolah. Masyarakat secara umum juga tidak memberi tempat untuk dipertunjukkan. Pelaku sastra lisan sekarang kondisinya memprihatinkan. Padahal objek karya lisan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah," kata Nukman.

Sementara itu, Camat Kumpeh Ilir, Benyamin mengatakan masyarakat patut besyukur karena ada orangtua (para maestro) yang terus menjaga tradisi nenek moyang terdahulu. Warisan itu berupa nilai-nilai kearifan, hasil interaksi manusia dengan manusia dan lingkungan.

Menurutnya, banyak anak muda yang sudah terkontaminasi produk budaya dari luar, sehingga terkadang generasi muda mengabaikan tradisi Bejolo. Kemudian lebih tertarik dengan kebudayaan luar, yang belum tentu baik untuk kita menjalani kehidupan.

Halaman:

Editor: Revil Agustri Riangga


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah