KKI Warsi Melibatkan Masyarakat Jambi Mengurangi Emisi Karbon dengan Menjaga Hutan

- 3 Maret 2024, 08:00 WIB
KKI Warsi Melibatkan Masyarakat Jambi Mengurangi Emisi Karbon dengan Menjaga Hutan
KKI Warsi Melibatkan Masyarakat Jambi Mengurangi Emisi Karbon dengan Menjaga Hutan /Jambian.id/Revil Agustri Riangga

Perkawinan kepentingan media dan politik untuk merebut hati milenial dan generasi Z sekitar 56 persen atau 106,358 juta pada tahun politik sungguh berbahaya. Pemberitaan cenderung sekedar hiburan dan sensasional belaka, bukan mengulik rekam jejak pemimpin, dampak panjang keputusan politik dan kesehatan demokrasi. Sehingga kekuatan oligarki dan dinasti politik dengan ‘sadar’ masuk dalam pikiran publik. Lalu sebagian besar orang permisif terhadap praktik lancung penguasa yang merupakan bagian dari oligarki dan dinasti politik.

Media partisan secara terang-terangan memuluskan agenda oligarki. Media yang independen tanpa sengaja memberi ruang bagi pernyataan elit yang memaklumi dinasti politik. Puncak dari kekacauan ini, akhirnya akademisi dari perguruan tinggi turun gunung membongkar kepalsuan oligarki dan dinasti politik yang menggerogoti demokrasi.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Media nyaris tenggelam dalam banjir informasi di media sosial. Menurut riset Katadata Insight Center periode 2020-2022, sumber informasi utama masyarakat adalah media sosial (72,6%) lalu televisi (60%) dan situs berita online (27,5%). Walau begitu masih ada harapan, jika merujuk Edelman Trust Barometer Global Report 2022, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media berada di peringkat kedua tertinggi di dunia sebesar (73%). Padahal negara-negara lain justru mengalami penurunan ekstrem.

Suka atau tidak, politik adalah muara segala kekuasaan. Artinya dengan bersender pada media yang independen, publik mendapatkan pendidikan politik. Termasuk menelanjangi politikus yang mengabdi kepada oligarki, agar keberpihakan publik berada di jalur yang benar. Contoh media melakukan negative campaign sesuai dalil-dalil Kode Etik Jurnalistik. Agar isu-isu penting terdengar dan suara yang terpinggirkan mendapat sorotan. Tak hilang dalam gimik-gimik politik rendahan.

Contoh lain, dengan memuat isu krisis iklim secara mendalam, media dengan mudah akan menghancurkan gurita kekuasaan oligarki. Semakin banyak yang paham jika masyarakat adat terluka dan merana, hukum-hukum direkayasa untuk menguntungkan segelintir orang dan hutan-hutan roboh karena cuan: muaranya ketimpangan merajalela, anak-anak stunting dan wabah menerjang.

Atas dasar itu, pada Konferta V AJI Kota Jambi akan terus menggaungkan media massa yang menjadi sumber informasi yang benar, independen, dan terverifikasi untuk publik. Kemudian menyerukan pesan World Press Freedom Day di Accra yang menghasilkan Deklarasi Ghana: (1) mendorong keragaman kepemilikan , (2) memberikan ruang bagi seluruh lapisan masyarakat (the voice of the voiceless), dan (3) penguatan bisnis media dan kesejahteraan jurnalis untuk menghadirkan jurnalisme berkualitas dan jurnalisme investigatif.

Atas persoalan tersebut, maka AJI Jambi dalam rangkaian kegiatan Konferta ke-5, juga menggelar workshop meliput isu lingkungan dengan tema: Krisis Iklim, Perdagangan Karbon dan Pertanian Berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan ini dapat meningkatkan kolaborasi antara AJI Jambi dan lembaga yang sama.***

Halaman:

Editor: Revil Agustri Riangga


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah