Tradisi Bekarang, Kearifan Lokal Masyarakat Jambi Memuliakan Sungai dan Air

- 24 Mei 2024, 21:10 WIB
Ilustrasi Sungai Batang Hari.
Ilustrasi Sungai Batang Hari. /Pixabay/LubosHouska

JAMBIAN.ID - Aktivitas tradisi bekarang memang identik dengan mencari atau menangkap ikan secara gotong royong oleh sebagian masyarakat pada suatu sungai atau danau. Di balik tradisi ini ada nilai-nilai yang terus diwariskan agar senantiasa memuliakan sungai dan air.

Pada kelompok masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai bekarang, bahkan ada denda adat untuk sesorang yang merusak sepandan sungai, air dan mahluk hidup di dalamnya. Dengan demikian sangat dilarang menangkap ikan dengan cara menyetrum atau menuba ikan.

Kabar baiknya, untuk masyarakat yang masih menjalankan tradisi bekarang, karena negara sudah mengakui dan melindunginya. Pada tahun 2015 lalu, negara sudah menetapkan tradisi bekarang di Desa Arang-arang, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi, Jambi untuk masuk dalam warisan budaya tak benda (WBTB).

Baca Juga: Rilis Tanggal Tayang, Ipar adalah Maut Siap Tayang Pertengahan Juni, Berikut Tanggalnya

Tradisi bekarang termasuk dalam karya budaya adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan dengan Nomor Registrasi 2015005409 di Kemendikbud. Dengan adanya alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit, kebanyakan sungai dan air danau mengalami degradasi bahkan kritis. Sehingga sangat sulit untuk terus menjalankan tradisi bekarang di tingkat masyarakat.

Hal menarik dari tradisi bekarang yang berada di Desa Arang-arang terletak pada Danau Arang-Arang yang dikepung perusahaan sawit. Namun masyarakat setempat melakukan bekarang pada bulan Agustus hampir setiap tahun. Pada bulan ini biasanya puncak musim kemarau yang menyebabkan air danau tersebut menjadi surut.

Di luar bulan tersebut masyarakat dilarang untuk mengambil-menangkap ikan di danau itu. Lubuk larangan, demikian istilah masyarakat setempat menyebutnya. Larangan tersebut telah menjadi aturan adat, sehingga jika ada orang yang berani menangkapnya dapat dikenai sanksi atau denda adat.

Hasil dari menangkap ikan saat tradisi bekarang digelar memang cukup banyak, meskipun faktanya terus mengalami penurunan sepanjang tahun. Kondisi danau yang tertutup rumput karena aliran air yang membawa pupuk dari perusahaan sawit telah menyuburkan pertumbuhan rumput.

Baca Juga: Film Bergenre Horor, 'Malam Pencabut Nyawa' Mulai Tayang di Bioskop

Dengan semakin meluasnya rumput yang tumbuh di atas permukaan danau, membuat ikan-ikan sulit melakukan perkembangbiakan. Rumput yang terus menebal itu menghalangi cahaya masuk ke dasar danau dan membuat jumlah oksigen dalam air terus berkurang.***

Editor: Suwandi Wendy

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah